berrrrrr

">

Biodata q

Foto saya
Palembang, Sumateraselatan, Indonesia
NIP.197406022006041002

Minggu, 08 September 2024

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 3.3 Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid

Verry Hendroprasetiyo (CGP A'10 Kabupaten Ogan Ilir)


Menjelang akhir modul 3.3 CGP diharuskan membuat jurnal refleksi dwi mingguan setelah mengikuti Elaborasi Pemahaman. Jurnal refleksi modul ini saya masih setia menggunakan model 4F yang diprakarsai oleh Dr. Roger Greenaway yaitu Fact/peristiwa, feeling/perasaan, Findings/pembelajaran, dan Future/penerapan.

1. Fact/peristiwa

Pada modul akhir CGP yaitu modul 3.3 Pengelolaan program yang berdampak positif  pada murid. Setiap modul selalu menggunakan alur MERDEKA dalam pelaksanaannya begitu juga dengan modul ini. MERDEKA di sini adalah Mulai dari diri yang isinya adalah berisi pertanyaan pemantik yang harus dijawab oleh CGP yaitu apa yang dimaksud dengan program berdampak pada murid dan kaitannya dengan student agency. Selanjutnya Eksplorasi konsep di sini CGP mempelajari bagaimana menyusun program yang berdampak pada murid, dan bagaimana cara menumbuhkan student agency dengan mempertimbangkan aspek suara/voice, aspek pilihan /choice, dan aspek kepemilikan/ownership. Kemudian Ruang kolaborasi  atau lebih familiar disebut rukol. Dalam kegiatan rukol pertama CGP diskusi sesuai dengan PP masing-masing untuk memilih dan menentukan program yang berdampak pada murid diantaranya menumbuhkan sikap/karakter kepemimpinan, mandiri, kreatif dan gotong-royong, dimana hasil diskusi tersebut akan dipresentasikan pada rukol kedua dan CGP yang lain memberikan umpan balik.

Kegiatan selanjutnya adalah Demonstrasi kontekstual di sini CGP menyusun program  yang berdampak pada murid menggunakan tahapan Bagja. Dilanjutkan dengan Elaborasi pemahaman yang dilakukan secara daring dengan instruktur Lisza Megasari dari SLB Negeri Binjai Sumatera Utara. Selanjutnya Koneksi antar materi modul 3.3 dengan modul sebelumnya yang harus dibuat oleh CGP dan di upload di https://lms.guru.kemdikbud.go.id/ dan di akhir kegiatan adalah Aksi nyata yaitu bagaimana melaksanakan program yang sudah dibuat dengan tahapan Bagja.

2. Feeling/perasaan

Perasaan saya saat mengikuti modul 3.3 bahagia karena ini adalah modul akhir di pelatihan CGP, beban secara tidak langsung berkurang walau masih mengerjakan tugas sampai tuntas/sampai panen karya bulan depan. Sampai saat saya masih bisa mengikuti dan mengerjakan tugas selama pelatihan CGP ini walau ada yang terlambat mengumpulkan. Saya juga bersyukur diberikan kesehatan dan kesempatan mengikuti pelatihan ini sampai akhir.

selain bahagia saya juga sedih karena akan berpisah dengan rekan CGP, PP, fasil yang sudah memberikan semangat dan membersamai saya selama pelatihan ini. Pada saat rukol saya harus berbagi hati dengan pelatihan PIME PPPK sehingga saya harus meminjam leptop rekan sejawat. Ilmu-ilmu yang saya terima saat pelatihan ini sangat bermanfaat buat saya dan merubah mindset saya mengenai beberapa hal menjadi lebih baik.

3. Findings/pembelajaran

Pada modul 3.3 ini saya mendapat banyak ilmu dan pemahaman bagaimana menyusun dan merancang program/kegiatan yang memberikan dampak positif bagi murid yaitu menumbuhkan sikap kepemimpinan murid/ setudent agency yang mempertimbangkan suara, pilihan murid yang menimbulkan kepemilikan bagi murid. Dalam merancang kegiatan yang berdampak pada murid harus memetakan potensi yang dimiliki oleh sekolah sehingga kita dapat mengoptimalkan pemanfaatan aset yang ada agar program yang sudah kita rancang dapat berjalan dengan baik dan lancar juga dapat meminimalisir hambatan-hambatan yang akan ditemui.

4. Future/penerapan

Setelah mempelajari modul 3.3 ini saya rencananya akan melakukan kolaborasi dengan dekan rejawat dan murid-murid dalam berbagi ilmu dna merancang program/kegiatan yang dapat menumbuhkan jiwa kepemimpinan murid dengan memperhatika aspek suara, pemilihan, dan kepemilikan. Agar program yang dirancang secara bersama-sama dapat terwujud dan berjalan dengan baik dan lancar.

Demikian jurnal refleksi ini semoga bermanfaat. Terima kasih. 

 

 

 

Minggu, 11 Agustus 2024

JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 3.1

JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN

Assalamualaikum, saya Verry Hendroprasetiyo Calon Guru Penggerak Angkatan 10 Kabupaten Ogan Ilir. Pada kesempatan ini saya akan menulis mengenai Jurnal Refleksi Dwi Mingguan pada modul 3.1 tentang Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin. Jurnal ini sebagai refleksi diri setelah selama dua minggu ke-2 mengikuti kegiatan Pendidikan CGP yang kedepannya akan ditulis secara rutin selama dua mingguan sebagai tugas yang harus dikerjakan oleh calon guru penggerak.

Dalam menulis jurnal refleksi ini saya menggunakan model 1 yaitu model 4F (Fact, Feeling, Findings, dan Future, yang diprakarsai oleh Dr. Roger Greenaway. 4F dapat diterjemahkan menjadi 4P yakni : Peristiwa; Perasaan; Pembelajaran; dan Penerapan.

  1. Fact (Peristiwa)

Saya memiliki pengalaman yang sangat positif dalam mengikuti pembelajaran di modul 3.1 ini. Saya mengikuti tahapan pembelajaran yang diatur dengan urutan MERDEKA seperti pada modul-modul sebelumnya. Kata MERDEKA sendiri adalah singkatan dari langkah-langkah belajar yang harus dilalui, yaitu Mulai dari diri, Eksplorasi konsep, Ruang kolaborasi, Demonstrasi kontekstual, Elaborasi konsep, Ruang kolaborasi, Demonstrasi kontekstual, Elaborasi pemahaman, Koneksi antar materi, dan Aksi nyata.

Pada tahap “Mulai dari diri”, saya melakukan kegiatan untuk membangkitkan pengetahuan awal saya dan mengamati keterampilan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan yang harus mempertimbangkan berbagai pihak yang terlibat, seperti murid, orang tua/wali murid, guru, pengawas, dan pihak komunitas sekolah.

Tahap eksplorasi konsep adalah saat saya melakukan eksplorasi mandiri untuk memahami konsep pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin di sekolah, yang bertujuan untuk menjadikan institusi sekolah sebagai institusi moral. Saya juga menjelaskan pentingnya pemimpin dalam mengambil keputusan yang didasarkan pada tiga unsur, yaitu berpihak pada murid, bertanggung jawab, serta didasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal. Selain itu, saya juga menganalisis nilai-nilai kebajikan yang terkandung dalam sebuah pengambilan keputusan yang menghadapi dilema etika.

Pada tahap ruang kolaborasi, saya berpartisipasi dalam kolaborasi di ruang virtual dengan rekan-rekan CGP lainnya, dengan tujuan untuk saling berbagi, berkolaborasi, dan menerapkan keterampilan pengambilan keputusan berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

Setelah melakukan tahap demonstrasi kontekstual, saya melakukan analisis tentang bagaimana proses pengambilan keputusan diterapkan berdasarkan pengetahuan yang saya pelajari tentang paradigma, prinsip, pengambilan dan pengujian keputusan di sekolah asal saya dan di sekolah/lingkungan lain. Saya melakukan wawancara dengan dua kepala sekolah yang berbeda untuk mengetahui praktik pengambilan keputusan yang biasa dilakukan oleh mereka. Kepala sekolah yang saya wawancara adalah Ibu Dra. Yessy Sridia Eka Putri, M.Si dari SMK Negeri 1 Indralaya Utara dan Bapak Imron, S.Pd dari SMA Negeri 1 Mesuji.

Saya mengalami sedikit tantangan saat melaksanakan tugas wawancara dengan dua kepala sekolah yang berbeda sebagai bagian dari tujuh tahapan pengalaman belajar. Namun, saya berhasil mengatasi tantangan tersebut dengan membuat pertanyaan yang bermakna dan relevan dengan tujuan saya. Saya merasa berhasil melakukan tugas tersebut sesuai dengan rencana dan sampai saat ini segala sesuatu berjalan dengan baik.

  1. Perasaan (Feeling)

Saya merasa bersyukur selama proses belajar karena saya mempelajari ilmu pengetahuan baru yang sangat penting bagi seorang pemimpin pembelajaran. Sebagai seorang guru penggerak, saya harus memimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, melatih guru lain, mempromosikan kolaborasi antara guru, dan memajukan kepemimpinan siswa. Untuk melakukan tugas tersebut dengan baik, saya harus memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan yang didasarkan pada nilai-nilai kebajikan. Seperti yang saya pelajari, seorang guru penggerak harus memiliki nilai-nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan mendukung murid. Ketika mengambil keputusan, seorang pemimpin harus mempertimbangkan tiga unsur penting, yaitu mendukung murid, bertanggung jawab, dan didasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal. Selama mempelajari konsep materi dari awal hingga modul ini, saya menemukan banyak keterkaitan yang membantu saya memahami konsep tersebut dengan lebih baik dan membentuk pemahaman baru bagi saya.

 

  1. Pembelajaran (Findings)

Saya belajar dari modul 3.1 bahwa sebagai seorang pemimpin, pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan adalah suatu keterampilan yang sangat penting. Dalam pengambilan keputusan, terkadang terdapat banyak kepentingan yang saling bersinggungan dan dapat menyebabkan beberapa pihak merasa dirugikan atau tidak puas dengan keputusan yang diambil. Namun, semakin sering kita melakukan pengambilan keputusan, semakin terlatih dan fokus dalam mengambil keputusan yang tepat. Meskipun sulit untuk memilih antara beberapa pilihan yang benar, sebagai pemimpin, kita harus mempertimbangkan tiga unsur penting dalam pengambilan keputusan, yaitu mendukung murid, didasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal, dan bertanggung jawab atas semua konsekuensi dari keputusan yang diambil.

Ketika kita berada dalam situasi dilema etika, terdapat nilai-nilai kebajikan mendasar yang saling bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab, dan penghargaan akan hidup. Dalam paradigma situasi dilema etika, terdapat kategori seperti individu vs kelompok, keadilan vs kasih sayang, kebenaran vs kesetiaan, serta jangka pendek vs jangka panjang. Terdapat tiga prinsip pengambilan keputusan yang dapat digunakan dalam menghadapi dilema etika, yaitu berpikir berdasarkan hasil akhir, berpikir berdasarkan peraturan, dan berpikir berdasarkan rasa peduli.

Dalam menghadapi situasi dilema etika atau bujukan moral yang membingungkan, terdapat 9 langkah yang dapat digunakan sebagai panduan untuk mengambil keputusan dan menguji keputusan yang akan diambil. Pertama, mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi tersebut. Kedua, menentukan siapa yang terlibat dalam situasi tersebut. Ketiga, mengumpulkan fakta-fakta relevan yang berkaitan dengan situasi tersebut. Keempat, melakukan pengujian benar atau salah dengan menguji legalitas, regulasi/standar profesional, intuisi, publikasi, dan panutan/idola. Kelima, melakukan pengujian paradigma benar lawan benar. Keenam, melakukan prinsip resolusi. Ketujuh, melakukan investigasi opsi trilemma. Kedelapan, membuat keputusan. Dan terakhir, kesembilan, melihat kembali keputusan dan merenungkannya kembali. Perlu diperhatikan bahwa sembilan langkah pengambilan keputusan ini adalah panduan, bukan sebuah metode yang kaku dan harus diadaptasi dengan situasi yang sedang dihadapi.

  1. Penerapan (Future)

Saya akan mengaplikasikan konsep pengambilan keputusan yang telah dipelajari, termasuk empat paradigma, tiga prinsip, dan sembilan langkah, untuk meningkatkan keterampilan saya dalam membuat keputusan. Selain itu, saya akan berbagi pengetahuan tentang materi baru yang telah dipelajari melalui berbagai media, baik secara langsung maupun melalui platform digital agar dapat diakses dengan mudah oleh rekan-rekan guru lainnya.

ini adalah hasil refleksi dari pengalaman dan pemahaman saya selama dua minggu belajar di modul 3.1 tentang pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin. Saya berharap tulisan ini dapat memberikan pencerahan dan manfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi saya sendiri.


Jumat, 05 Juli 2024

Jurnal Refleksi Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional

 

Jurnal Refleksi Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional

 

Oleh : Verry Hendroprasetiyo, S.Kom

CGP Angkatan 10 Kabupaten Ogan Ilir

 

Jurnal Dwi Mingguan yang saya buat ini adalah tulisan dari lanjutan  proses belajar yang saya lalui pada Pendidikan Guru Penggerak (PGP) Angkatan 10 Kabupaten Ogan Ilir. Penulisan jurnal ini menggunakan model Refleksi 4F yaitu : Fact (peristiwa), Feeling (perasaan), Findings (pembelajaran), Future (penerapan). hasil Refleksi Dwi Mingguan saya selama pengikuti Pendidikan Guru Penggerak Modul 2.2

 1.      Fact (Peristiwa)

Pada modul 2.2 ini saya mulai mempelajari materi mengenai Pembelajaran Sosial dan Emosional. Sesuai tahapan MERDEKA yang dilaksanakan, pembelajaran Modul 2.2 ini dimulai dengan mulai dari diri, kami disuguhi materi dan video yang ada di LMS serta diberikan beberapa pertanyaan tentang pengalaman yang pernah kami alami yang berhubungan dengan tugas kami sebagai pendidik yang berkaitan dengan sosial dan emosional. Bagaimana kami menghadapi krisis tersebut, bagaimana kami bisa bangkit dari krisis tersebut, serta apa yang kami pelajari dari krisis tersebut. Kemudian kami disuguhi dengan eksplorasi konsep yang berisi materi-materi tentang Kompetensi Sosial Emosional, Pembelajarannya serta Implementasinya di sekolah. Selain itu juga diselingi dengan tugas-tugas yang berisi refleksi dari tiap-tiap materi yang telah kami pelajari. Tujuan dari materi Pembelajaran Sosial Emosional adalah memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi (kesadaran diri); menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri); merasakan dan menunjukan empati kepada orang lain (kesadaran sosial); dan membuat keputusan yang bertanggung jawab.

 2.      Feeling (Perasaan)

Setelah mempelajari modul 2.2 saya sangat bersyukur mendapat ilmu baru yang sangat luar biasa berpengaruh terhadap eksistensi saya menjalani profesi sebagai guru. Modul ini memberikan saya banyak ilmu mengenai Pembelajaran Sosial dan Emosional. Dimana saya adalah seorang guru yang terkadang sulit dalam kontrol emosi ‘negatif’ seperti marah, khawatir, dan lain-lain. Di modul ini, saya mendapatkan hal yang luar biasa terkait ilmu-ilmu baru yang memacu saya lebih bersemangat dalam mengimplementasikan semua yang saya dapatkan. Forum diskusi selama sesi ruang kolaborasi membuat saya semakin paham mengenai penguasaan emosi dari pembelajaran sosial dan emosional ini. Saya harap dengan mempelajari ini, saya akan mampu mengontrol setiap emosi dalam diri saya yang tentunya berdampak kepada orang lain serta memberikan contoh kepada rekan sejawat lainnya.

3.      Findings (Pembelajaran)

Pembelajaran bermakna yang saya peroleh setelah mempelajari modul 2.2 adalah bahwa mengenali emosi diri sebelum melakukan setiap tindakan itu harus, agar tindakan tersebut tidak berdampak buruk bagi diri sendiri maupun orang lain. Selain mengenali emosi diri, kita juga dituntut untuk mampu mengelola emosi tersebut agar kita kembali ke keadaan semula yaitu dalam keadaan yang bahagia. Selain itu, banyak lagi ilmu yang saya dapatkan di modul ini seperti kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Semua materi tersebut bertujuan untuk menciptakan hubungan yang baik dan positif dengan sesama rekan kerja, dengan murid maupun dengan masyarakat disekitar kita.

4.      Future (Penerapan)

Dari pendalaman materi PSE pada modul 2.2 ini saya berencana untuk menerapkannya terlebih dahulu dalam lingkup kelas saya di sekolah seperti melakukan Bernafas dengan kesadaran penuh sebelum memulai pembelajaran dengan teknik STOP, kemudian juga mengintegrasikan kompetensi tersebut dalam pembelajaran saya seperti menerapkan kompetensi kesadaran sosial dalam perencanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan, kemudian menerapkan keterampilan berelasi pada saat melakukan refleksi ataupun memberikan umpan balik terhadap hasil kerja teman maupun penjelasan guru dengan menggunakan kata-kata yang positif dan mudah dimengerti.

  

Salam Guru Penggerak !!!

 

Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan

 

 

Sabtu, 22 Juni 2024

JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN – MODUL 2.1

 

Oleh : Verry Hendroprasetiyo

CGP Angkatan 10 Kabupaten Ogan Ilir

 

Jurnal Dwi Mingguan yang saya buat ini adalah tulisan dari lanjutan  proses belajar yang saya lalui pada Pendidikan Guru Penggerak (PGP) Angkatan 10 Kabupaten Ogan Ilir. Penulisan jurnal ini menggunakan model Refleksi 4F yaitu : Fact (peristiwa), Feeling (perasaan), Findings (pembelajaran), Future (penerapan). hasil Refleksi Dwi Mingguan saya selama pengikuti Pendidikan Guru Penggerak Modul 2.1

 1.      Fact (Peristiwa)

Kegiatan pada modul 2.1 dimulai dari tanggal 20 Oktober 2023. Pada modul 2 dimulai dari mengerjakan Pretest untuk menguji pemahaman awal tentang modul ini. Pembelajaran menggunakan alur MERDEKA (Mulai dari diri sendiri, Eksplorasi konsep, Ruang kolaborasi, Demonstrasi kontekstual, Elaborasi pemahaman, Koneksi antar materi, dan Aksi nyata). Mulai dari diri merupakan awal untuk mempersiapkan diri dalam menerima pengetahuan baru pada modul 2.1, kemudian dilanjutkan dengan eksplorasi konsep pemikiran kita dari modul yang sudah dipelajari, diskusi dengan rekan CGP dalam ruang kolaborasi untuk menemukan kesamaan persepsi serta saling memberi masukan konstruktif dalam menyusun rencana pembelajaran berdiferensiasi, secara mandiri menyusun RPP berdiferensiasi diunggah di LMS untuk mendapat umpan balik dari sesama CGP dan fasilitator, mendapat penguatan dari narasumber dalam elaborasi pemahaman, membuat keterkaitan dengan materi sebelumnya yang sudah dipelajari, dan diakhiri dengan aksi nyata praktik pembelajaran berdiferensiasi di kelas sesuai dengan RPP yang sudah dibuat.  

  2.      Feeling (Perasaan)

Setelah mempelajari modul 2.1perasaan saya menjadi sangat senang dan semakin antusias untuk bisa menerapkan dilingkungan sekolah dan kelas. Pembelajaran berdiferensiasi membuat penasaran karena sebagai guru harus memberlakukan siswa sesuai dengan karakteristiknya. Selama ini hanya berfokus pada ketercapaian materi kurikulum, sehingga yang saya kejar adalah ketuntasan materi. Efek/ dampak yang ada mengabaikan bahwa ada banyak keragaman kebutuhan belajar murid dalam satu kelas. Hal ini sesuai dengan nilai-nilai filosofi dari KHD tentang belajar adalah menuntun murid mencapai tujuan, dan tentunya guru tidak bisa memaksa masing-masing murid untuk melewati jalan yang sama dalam mencapai tujuannya, namun guru dituntut bisa memfasilitasi murid dengan berbagai jalan alternatif yang sesuai dengan kebutuhan murid.

3.      Findings (Pembelajaran)

Pembelajaran bermakna yang saya peroleh setelah mempelajari modul 2.1 adalah murid memiliki keunikan masing-masing. Mulai dari pengetahuaannya, cara belajar, gaya belajar, sikap keinginan dan sebagainya. Pembelajaran berdiferensiasi didesain agar guru bisa melaksanakan pembelajaran yang mampu mengakomodir berbagai macam kebutuhan belajar murid. Guru harus memiliki kepekaan dalam merespon semua kebutuhan belajar murid, hal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan : bagaimana kesiapan belajar murid; bagaimana minat murid terhadap materi pembelajaran kita; dan seperti apa profil belajar murid. Kemudian dalam kegiatan pembelajaran, guru perlu juga memperhatikan strategi : diferensiasi konten; diferensiasi proses; dan diferensiasi produk. Dan dalam proses penilaian, guru menggunakan penilaian berjenjang. Harapannya, semua murid bisa memperoleh kesempatan yang sama dalam mengikuti pembelajaran, sehingga lingkungan yang aman dan nyaman pun akan didapatkan murid.

 4.      Future (Penerapan)

Setelah mempelajari modul 2.1 ini yaitu tentang Pembelajaran Berdiferensiasi maka saya akan berusaha menerapkan dikelas. Agar pembelajaran berdiferensiasi dapat diselenggarakan secara efektif, maka perlu pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan kesiapan, minat dan profil belajar murid, agar guru dapat menentukan perbedaan konten, proses, serta produk dalam kegiatan pembelajaran. Yaitu dengan asesmen diagnostic non kognitif. Data pemetaan bisa diperoleh dari data murid pada tahun/semester sebelumnya, melalui angket, melalui pengamatan, atau wawancara dengan sesama rekan guru dan wali murid.

Senin, 01 April 2024

JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN PENDIDIKAN CALON GURU PENGGERAK ANGKATAN 10

 MODUL 1.1.

VERRY HENDROPRASETIYO, S.Kom (SMK Negeri 1 Indralaya Utara)

Jurnal Refleksi dwi mingguan ini dibuat untuk melengkapi  salah satu tugas calon guru penggerak. Sebagai calon guru penggerak saya akan merefleksikan  seluruh rangkaian kegiatan selama mempelajari modul 1.1. yaitu tentang Filosofis pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang Pendidikan.

Dalam mengerjakan tugas ini saya menggunakan model refleksi yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway , melalui pertanyaan sebagai berikut :

Facts (Peristiwa) : Ceritakan pengalaman Anda mengikuti pembelajaran pada minggu ini atau pada saat aksi nyata ke dalam kelas ? Apa hal baik yang saya alami dalam proses tersebut? Ceritakan juga hambatan atau kesulitan Anda selama proses pembelajaran pada minggu ini? Apa yang saya lakukan dalam mengatasi kendala tersebut?

Feelings (Perasaan): Bagaimana perasaan Anda selama pembelajaran berlangsung? Apa yang saya rasakan ketika menerapkan aksi nyata ke dalam kelas? Ceritakan hal yang membuat Anda memiliki perasaan tersebut`

Findings (Pembelajaran) : Pelajaran apa yang saya dapatkan dari proses ini ? Apa hal baru yang saya ketahui mengenai diri saya setelah proses ini?

Future (Penerapan) : Apa yang bisa saya lakukan dengan lebih baik jika saya melakukan hal serupa di masa depan ? Apa aksi/tindakan yang akan saya lakukan setelah belajar dari peristiwa ini?

Dibawah ini adalah hasil refleksi yang telah saya lakukan :

Facts

Kegiatan Calon Guru Penggerak (CGP) angkatan 10 dibuka oleh Mendikbudristek pada hari Jumat, 15 Maret 2024 melalui Google Meet (online), Lokakarya Orientasi (pertemuan Offline antara seluruh peserta CGP, PP dan Fasilitator dilaksanakan di SMPN 1 Indralaya. Selanjutnya kegiatan CGP dapat dilakukan melalui LMS di laman SIM PKB diawali Modul 1, diantara kegiatannya sebagai berikut :

1). Pendahuluan (Diikuti secara daring dan mandiri di LMS SIM PKB) 

2). Forum Komunikasi (Diikuti oleh seluruh peserta di grup masing-masing PP)

3). Mulai dari Diri (Refleksi Diri)

4). Eksplorasi Konsep 

5). Forum Diskusi (Diikuti oleh seluruh peserta grup dan Fasilitator)

6). Ruang Kolaborasi (Penugasan Kelompok)

7). Menguggah Tugas Ruang kolaborasi

8). Demontrasi Konstektual (Tugas mandiri)

9). Elaborasi Pemahaman (Kumpulan Pertanyaan dari CGP)

Feeling

Banyak hal yang saya rasakan selama menjalani Pendidikan Guru Penggerak ini. Banyak yang saya rasakan diantaranya ada perasaan senang karena dengan mengikuti pelatihan guru penggerak banyak wawasan baru yang saya dapatkan, sebaliknya disisi lain ada kekuatiran dikarenakan dalam mengikuti pelatihan guru penggerak ini waktunya cukup lama, kuatir juga kelupaan jadwal pengerjaan tugas, jadwal Google Meet, dan lainnya yang ada di kegiatan Calon Guru Penggerak (CGP) karena aktivitas sehari-hari di sekolah baik itu Kegitan Belajar Mengajar maupun kegiatan tugas tambahan (Wakil Kepala Sekolah bagian Humas dan Industri). Selain itu faktor usia yang tidak muda belia lagi seperti peserta lainnya (awal Juni nanti usia setengah abad). 

Findings

Dari pembelajaran ini saya menemukan hal-hal baru, yang sebelumnya  kurang saya pahami sebelumnya yaitu tentang filosofis Ki Hajar Dewantara. Saya mendapat ilmu-ilmu baru yang sangat saya perlukan untuk meningkatkan kompetensi saya sebagai seorang pendidik. Melalui 6 Dasar pemikiran Ki Hadjar Dewantara saya merasa mendapat bekal yang tidak ternilai harganya.

Sebagai seorang pendidik saya harus menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat dengan mengacu pada trilogi pendidikan yaitu ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso dan tut wuri handayani.

Saya menyadari bahwa anak memiliki kodrat merdeka, oleh karena itu saya harus memberikan kemerdekaan kepada anak-anak untuk menyelesaikan tugas-tugasnya sesuai dengan minat, bakat , dan kreatifitasnya agar mereka dapat mengembangkan potensi yang ada didalam dirinya.

Future (Penerapan)

Saya akan melakukan hal terbaik didalam proses pembelajaran saya dikelas, agar tujuan pendidikan bisa tercapai dengan baik. Banyak hal yang akan saya benahi yang selama ini tanpa saya sadari apa yang saya lakukan jauh dari kata sempurna jika dikaitkan dengan filosofis pemikiran Ki Hadjar Dewantara .

Pembelajaran yang berpusat pada guru harus segera diganti dengan pembelajaran yang berpusat pada murid, agar tercipta interaktif yang menyenangkan didalam kelas. Memberi kebebasan kepada anak-anak untuk menggali potensi yang dimilikinya harus terjadi dalam proses pembelajaran agar mereka menemukan jati dirinya sehingga menjadi manusia seutuhnya. Mengarahkan bukan lagi hal yang perlu dipertahankan tetapi kita harus merubahnya dengan menuntun peserta didik agar kodrat alam yang dimilikinya sejak lahir bisa berkembang kearah yang lebih baik dan kodrat jaman dimana mereka hidup saat ini bisa mereka dapatkan sehingga akan mempermudah murid dalam mengatasi persoalan hidupnya dimasa kini ataupun masa mendatang sehingga murid menjadi manusia yang berkarakter baik sesuai dengan kodrat alam dan kodrat jaman yang melekat pada murid.