JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN
Assalamualaikum, saya Verry Hendroprasetiyo Calon Guru
Penggerak Angkatan 10 Kabupaten Ogan Ilir. Pada kesempatan ini saya akan
menulis mengenai Jurnal Refleksi Dwi Mingguan pada modul 3.1 tentang Pengambilan
Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin. Jurnal ini
sebagai refleksi diri setelah selama dua minggu ke-2 mengikuti kegiatan
Pendidikan CGP yang kedepannya akan ditulis secara rutin selama dua mingguan
sebagai tugas yang harus dikerjakan oleh calon guru penggerak.
Dalam menulis jurnal refleksi ini saya menggunakan model 1
yaitu model 4F (Fact, Feeling, Findings, dan Future, yang diprakarsai oleh Dr.
Roger Greenaway. 4F dapat
diterjemahkan menjadi 4P yakni : Peristiwa; Perasaan; Pembelajaran; dan
Penerapan.
- Fact
(Peristiwa)
Saya memiliki pengalaman yang sangat positif dalam mengikuti
pembelajaran di modul 3.1 ini. Saya mengikuti tahapan pembelajaran yang diatur
dengan urutan MERDEKA seperti pada modul-modul sebelumnya. Kata MERDEKA sendiri
adalah singkatan dari langkah-langkah belajar yang harus dilalui, yaitu Mulai
dari diri, Eksplorasi konsep, Ruang kolaborasi, Demonstrasi kontekstual,
Elaborasi konsep, Ruang kolaborasi, Demonstrasi kontekstual, Elaborasi
pemahaman, Koneksi antar materi, dan Aksi nyata.
Pada tahap “Mulai dari diri”, saya melakukan kegiatan untuk
membangkitkan pengetahuan awal saya dan mengamati keterampilan seorang pemimpin
dalam mengambil keputusan yang harus mempertimbangkan berbagai pihak yang
terlibat, seperti murid, orang tua/wali murid, guru, pengawas, dan pihak
komunitas sekolah.
Tahap eksplorasi konsep adalah saat saya melakukan eksplorasi
mandiri untuk memahami konsep pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai
kebajikan sebagai seorang pemimpin di sekolah, yang bertujuan untuk menjadikan
institusi sekolah sebagai institusi moral. Saya juga menjelaskan pentingnya
pemimpin dalam mengambil keputusan yang didasarkan pada tiga unsur, yaitu
berpihak pada murid, bertanggung jawab, serta didasarkan pada nilai-nilai
kebajikan universal. Selain itu, saya juga menganalisis nilai-nilai kebajikan
yang terkandung dalam sebuah pengambilan keputusan yang menghadapi dilema
etika.
Pada tahap ruang kolaborasi, saya berpartisipasi dalam
kolaborasi di ruang virtual dengan rekan-rekan CGP lainnya, dengan tujuan untuk
saling berbagi, berkolaborasi, dan menerapkan keterampilan pengambilan
keputusan berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan
pengujian keputusan.
Setelah melakukan tahap demonstrasi kontekstual, saya
melakukan analisis tentang bagaimana proses pengambilan keputusan diterapkan
berdasarkan pengetahuan yang saya pelajari tentang paradigma, prinsip,
pengambilan dan pengujian keputusan di sekolah asal saya dan di
sekolah/lingkungan lain. Saya melakukan wawancara dengan dua kepala sekolah
yang berbeda untuk mengetahui praktik pengambilan keputusan yang biasa
dilakukan oleh mereka. Kepala sekolah yang saya wawancara adalah Ibu Dra. Yessy Sridia Eka Putri, M.Si dari SMK Negeri 1 Indralaya Utara dan Bapak Imron, S.Pd dari
SMA Negeri 1 Mesuji.
Saya mengalami sedikit tantangan saat melaksanakan tugas
wawancara dengan dua kepala sekolah yang berbeda sebagai bagian dari tujuh
tahapan pengalaman belajar. Namun, saya berhasil mengatasi tantangan tersebut
dengan membuat pertanyaan yang bermakna dan relevan dengan tujuan saya. Saya
merasa berhasil melakukan tugas tersebut sesuai dengan rencana dan sampai saat
ini segala sesuatu berjalan dengan baik.
- Perasaan
(Feeling)
Saya merasa bersyukur selama proses belajar karena saya
mempelajari ilmu pengetahuan baru yang sangat penting bagi seorang pemimpin
pembelajaran. Sebagai seorang guru penggerak, saya harus memimpin pembelajaran,
menggerakkan komunitas praktisi, melatih guru lain, mempromosikan kolaborasi
antara guru, dan memajukan kepemimpinan siswa. Untuk melakukan tugas tersebut
dengan baik, saya harus memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan yang
didasarkan pada nilai-nilai kebajikan. Seperti yang saya pelajari, seorang guru
penggerak harus memiliki nilai-nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif,
dan mendukung murid. Ketika mengambil keputusan, seorang pemimpin harus
mempertimbangkan tiga unsur penting, yaitu mendukung murid, bertanggung jawab,
dan didasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal. Selama mempelajari konsep
materi dari awal hingga modul ini, saya menemukan banyak keterkaitan yang
membantu saya memahami konsep tersebut dengan lebih baik dan membentuk
pemahaman baru bagi saya.
- Pembelajaran
(Findings)
Saya belajar dari modul 3.1 bahwa sebagai seorang pemimpin,
pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan adalah suatu
keterampilan yang sangat penting. Dalam pengambilan keputusan, terkadang
terdapat banyak kepentingan yang saling bersinggungan dan dapat menyebabkan
beberapa pihak merasa dirugikan atau tidak puas dengan keputusan yang diambil.
Namun, semakin sering kita melakukan pengambilan keputusan, semakin terlatih
dan fokus dalam mengambil keputusan yang tepat. Meskipun sulit untuk memilih antara
beberapa pilihan yang benar, sebagai pemimpin, kita harus mempertimbangkan tiga
unsur penting dalam pengambilan keputusan, yaitu mendukung murid, didasarkan
pada nilai-nilai kebajikan universal, dan bertanggung jawab atas semua
konsekuensi dari keputusan yang diambil.
Ketika kita berada dalam situasi dilema etika, terdapat
nilai-nilai kebajikan mendasar yang saling bertentangan seperti cinta dan kasih
sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab,
dan penghargaan akan hidup. Dalam paradigma situasi dilema etika, terdapat
kategori seperti individu vs kelompok, keadilan vs kasih sayang, kebenaran vs
kesetiaan, serta jangka pendek vs jangka panjang. Terdapat tiga prinsip
pengambilan keputusan yang dapat digunakan dalam menghadapi dilema etika, yaitu
berpikir berdasarkan hasil akhir, berpikir berdasarkan peraturan, dan berpikir
berdasarkan rasa peduli.
Dalam menghadapi situasi dilema etika atau bujukan moral yang
membingungkan, terdapat 9 langkah yang dapat digunakan sebagai panduan untuk
mengambil keputusan dan menguji keputusan yang akan diambil. Pertama, mengenali nilai-nilai yang saling
bertentangan dalam situasi tersebut. Kedua, menentukan siapa yang terlibat
dalam situasi tersebut. Ketiga, mengumpulkan fakta-fakta relevan yang berkaitan
dengan situasi tersebut. Keempat, melakukan pengujian benar atau salah dengan
menguji legalitas, regulasi/standar profesional, intuisi, publikasi, dan
panutan/idola. Kelima, melakukan pengujian paradigma benar lawan benar. Keenam,
melakukan prinsip resolusi. Ketujuh, melakukan investigasi opsi trilemma. Kedelapan,
membuat keputusan. Dan terakhir, kesembilan, melihat kembali keputusan dan
merenungkannya kembali. Perlu diperhatikan bahwa sembilan langkah pengambilan
keputusan ini adalah panduan, bukan sebuah metode yang kaku dan harus
diadaptasi dengan situasi yang sedang dihadapi.
- Penerapan
(Future)
Saya akan mengaplikasikan konsep pengambilan keputusan yang
telah dipelajari, termasuk empat paradigma, tiga prinsip, dan sembilan langkah,
untuk meningkatkan keterampilan saya dalam membuat keputusan. Selain itu, saya
akan berbagi pengetahuan tentang materi baru yang telah dipelajari melalui
berbagai media, baik secara langsung maupun melalui platform digital agar dapat
diakses dengan mudah oleh rekan-rekan guru lainnya.
ini adalah hasil refleksi dari pengalaman dan pemahaman saya
selama dua minggu belajar di modul 3.1 tentang pengambilan keputusan
berdasarkan nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin. Saya berharap
tulisan ini dapat memberikan pencerahan dan manfaat bagi pembaca pada umumnya
dan bagi saya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar